Kamis, 29 Februari 2024 Universitas Islam Sultan Agung (UNISSULA) Semarang melalui Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat bidang Publikasi menyelenggarakan “Workshop Peningkatan Kualitas Jurnal Ilmiah Internasional Bereputasi Indeksasi Scopus”. Workshop dilaksanakan di Ruang Seminar Gedung Rektorat Lantai 2 UNISSULA Semarang, dengan menghadirkan narasumber dari Sigma Global Insight Journal Management Consultant, yaitu: (1) Suwarno, S.E., Ak., M.Ak., dan (2) Jamaludin Hadi Kusuma. Kegiatan dihadiri oleh 40 perwakilan pengelola jurnal (Editor-in-Chief atau Managing Editor) di lingkungan UNISSULA Semarang.
Dalam acara pembukaan, Rektor UNISSULA Prof. Dr. H. Gunarto, SH., MH., menuturkan bahwa peningkatan akreditasi jurnal ilmiah saat ini menjadi sangat penting, tidak saja sebagai persyaratan kenaikan setiap jenjang jabatan untuk fungsional dosen, tetapi juga untuk meningkatkan kredibilitas suatu perguruan tinggi. “Semakin banyak Jurnal yang berkualitas dimiliki oleh UNISSULA akan semakin tinggi pengakuan yang diberikan masyarakat kepada perguruan tinggi UNISSULA” tuturnya. Rektor UNISSULA juga mengajak para peserta untuk berperan aktif dalam mengembangkan dan mengelola jurnal di lingkungan UNISSULA dengan mengikuti workshop ini, sehingga mampu mengelola jurnal dari metode konvensional ke OJS.
Publikasi ilmiah internasional dinilai sebagai salah satu tolok ukur produktivitas perguruan tinggi kelas dunia. Namun, perguruan tinggi Indonesia masih menghadapi tantangan dalam meningkatkan kuantitas dan kualitas publikasinya, termasuk kepemilikan jurnal ilmiah internasional bereputasi. Karena itu, kolaborasi antar perguruan tinggi di dalam dan luar negeri terus didorong untuk meningkatkan kinerja publikasi ilmiah dari UNISSULA.
Saat ini terdapat tidak kurang 40 jurnal ada di UNISSULA, namun belum banyak jurnal ilmiah yang terindeks Scopus. Salah satu topik yang diangkat dalam workshop adalah Strategi Pencapaian dan Mempertahankan Predikat Terindeks Scopus yang disampaikan oleh narasumber. Menurut Suwarno, SE, M.Akt, pengelola jurnal harus mengubah mindset bahwa agar dapat terindeksasi Scopus, jurnal harus mulai dari sinta 2 itu tidaklah benar. Sebenarnya, untuk menuju jurnal terindeks Scopus tidak ada syarat harus masuk Sinta dulu. Beliau menjelaskan bahwa salah satu strategi yang dapat digunakan jurnal untuk dapat menembus indeksasi Scopus adalah dengan memfokuskan aims and scope jurnal ke bidang ilmu yang lebih spesifik.
Kegiatan workshop ini bertujuan untuk memberi gambaran kepada para dewan editor dan pengelola jurnal di lingkungan UNISSULA dan tips untuk mencapai indeksasi jurnal internasional bereputasi (Scopus), maka kegiatan workshop ini menjadi wadah berbagi pengalaman dan informasi mengenai strategi yang dapat dilakukan oleh pengelola jurnal untuk mencapai indeksasi Scopus.
Dalam kesempatan ini narasumber banyak memberikan gambaran bagaimana ia mengelola jurnalnya sekaligus memberikan strategi tentang bagaiamana menembus indeksasi Scopus. Untuk terindeks Scopus, jurnal Indonesia saat ini masih menemui jalan yang terjal sekali. Tapi, tentu saja bisa diupayakan ketika memiliki komitmen yang kuat di antara para tim pengelola jurnal. Beliau menambahkan bahwa agar jurnal dapat terindeks di pengindeks internasional, pengelolaan jurnal harus mengikuti best practices yang sudah ditetapkan standar internasional dalam menerbitkan jurnal ilmiah. Guna pemenuhan syarat agar dapat dipertimbangkan untuk terindeks Scopus, pengelola jurnal harus memperhatikan beberapa hal seperti jumlah artikel terbit per tahun, sitasi artikel terbit, jumlah dan diversitas dewan editor, diversitas penulis artikel, dan lainnya.
Dewan editor jurnal juga berperan penting dalam pengelolaan jurnal agar jurnal dapat mencapai indeksasi Scopus.”Yang dapat dilakukan dewan editor, yaitu membangun jejaring dengan para ahli bidang ilmu yang sesuai dengan scope jurnal dan membentuk citra jurnal ke para pembaca untuk meningkatkan sitasi artikel,” Sedangankan Jamaludin memberikan tiga kriteria dan strategi untuk menuju jurnal dengan indeksasi Scopus. Tiga kriteria tersebut adalah Kriteria non Teknikal, non teknikal, dan pemenuhan syarat minimum yang dibutuhkan.
Kriteria non teknikal adalah kriteria yang harus dimiliki sebuah jurnal tetapi bersifat non teknis. Contohnya seperti mindset atau pola pikir antar pengelola tentang jurnal terindeks Scopus. Kedua, adalah komitmen para pengelola jurnal. Setelah komitmen yang kuat antar pengelola, juga harus ditunjang dengan tim yang solid, memiliki awareness, serta memiliki target yang sama yakni Scopus. Memiliki mindset, komitmen, dan tim yang solid ini juga harus ditopang dengan melakukan rapat rutin agar target terkelola sesuai timeline.
Selain kriteria non teknis, jurnal yang ingin terindeks Scopus juga harus memenuhi beragam kriteria teknis seperti: (1) Memiliki editor, reviewer, dan penulis yang beragam dari berbagai negara; (2) Mengadakan konferensi International; (3) Melakukan update Jurnal melalui komunitas media sosial dan seminar; (4) Adanya kolaborasi penulis dalam artikel jurnal; (5) Adanya DOI setiap terbitan artikel; dan (6) Memodifikasi kebijakan jurnal pada jurnal yang sebidang.
Kriteria ketiga yang sampaikan Jamaludin adalah keterpenuhan syarat minimun untuk terindeks Scopus. Syarat minimun pertama adalah memenuhi 16 prinsip Best Practice yang dikehendaki Directory of Open Access Journal (DOAJ) pada penelitian ilmiah. Dan yang kedua adalah memenuhi syarat di atas 90% Pre-evaluation of Scopus Submission. Dalam workshop ini, narasumber memberikan berbagai strategi lain terkait indeksasi Scopus dan memberikan gambaran bagaimana ia menjalankan beberapa jurnal yang ia kelola.
Setelah kegiatan ini diharapkan para peserta mendapatkan insight yang dapat digunakan untuk pengelolaan jurnal dan proses bidding indeksasi internasional. Selain itu, strategi-strategi yang sudah dipaparkan pada workshop ini dapat dibawa ke dewan editor masing-masing jurnal untuk dapat didiskusikan, sehingga hasil bidding nantinya lebih maksimal.
Pada akhir kegiatan, Rektor UNISSULA pun berharap pasca pelatihan ini akan semakin banyak jurnal yang ada di lingkungan UNISSULA yang terakreditasi Sinta tetapi memungkinkan terindeksasi di Scopus. “Peluang untuk menjadikan jurnal yang dimiliki UNISSULA menjadi jurnal yang terideksasi di Scopus sangat besar, sehingga dapat meningkatkan peringkat UNISSULA di tingkat nasional maupun kancah internasional”, pungkasnya.
Sebagai tindak lanjut kegiatan workshop ini, Kabid Publikasi LPPM UNISSULA Prof. Mutamimah, SE., M.Si. bersepakat dengan pengelola jurnal dan narasumber untuk mengadakan pendampingan peningkatan kualitas jurnal dan konsultasi lebih lanjut secara terjadwal melalui Zoom meeting. [Imam]